Tampilkan postingan dengan label Young Adult. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Young Adult. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Mei 2013

[Review] The Other Boy - Hailey Abbott

Diposting oleh Fhily Anastasya di 20.50 0 komentar
Title of Book: The Other Boy
Author: Hailey Abbott
Publisher: HarperTeen
Genre: Teen, Young-Adult Romance
English Novel


Sinopsis :
Maddy's Boy Pros & Cons . . .

Brian--Super cute / hangs with my friends / goes to my high school / my boyfriend!

David--Says I'm a spoiled princess / hates my friends / has amazing blue eyes / cooked me an unbelievable dinner / annoyingly irresistible!

Summer for Maddy Sinclaire starts as a blur of house parties and dips in the pool--until she's caught throwing an unauthorized beachside bash. As punishment, her parents send her off to Napa Valley, where she'll spend her free time working on the family vineyard. Even with her boyfriend, Brian, miles away, Maddy's about to discover that the vineyard is a very romantic place. It's vast, sunny, magical . . . and there's another boy just waiting to steal her heart.

Review:


“David, you’re my true love, why did we wait so long to get together? I don’t care what the world says. Let’s defy them all, my darling.” – 245 (Maddy’s mind)


A city girl, a summer’s boy, a summer holiday an unexpected summer holiday. I often read stories like that. That’s quite cliché. But I still enjoyed that.

Maddy, is a fifteen girl and soon to be high school senior after that summer. But, all the plan on a lovely summer vocation, dispersed. When, his parents sent her to the Napa Valley—her parents’ vineyard. She really hates the situation. That means, She must leave her boyfriend, Brian and friends—of course. To go a few mill away from San Francisco. It’s like HELL for Maddy. A spoiled princess.


But in Napa, isn’t as bad as she thinks. She learn a lot of things. Learn to be independent and learn about what the meaning of life and maybe love. With David, a boy with the curly blond hairs and brown eyes. Even she has a boyfriend in the city. Maddy slowly starts to fall in love with David. Especially with David characters: sweet, cute and funny. Her heart steals.

I liked that part by the way:



This is the moment, she thought. “I have something to tell you, too. When we were in the kitchen?” 
“Yeah?” 
“I really wanted you to kiss me.” 
David let out his breath audibly and grinned. 
“Really?” He sounded hopeful and disbelieving at the same time. 
“Yeah.” He looked into her eyes and lifted her chin. She took a deep breath as he tilted his head toward her and pressed his lips to hers softly. He drew his head back and looked at her face. “I’ve been wanting to do that for a long time.” 
“Me too,” Maddy whispered. She leaned toward him and turned so that she could put her arms around his shoulders. His arms wrapped around her waist and they kissed again, more deeply this time. His lips were hot and insistent. She opened her mouth and lost herself in their kiss, sending jumps and shivers all through her body. Slowly, still kissing, they slid down so that they were lying on the blanket, their bodies pressed together from shoulder to hip, their legs entwined. David kissed Maddy’s neck and she closed her eyes and let her head fall back onto the blanket. He pulled her tighter against him and they lay holding each other under the stars, listening to the lapping of the water, not saying much—but then again, not much needed to be said.—Pg. 243




Hahahaha :p

***

Although this story included the usual way because I often read stories like this. But I quite enjoyed it because this story have an easy style of language. I liked David and Maddy chemistry. It was enough to make me get into the story.

Oh ya, another one, I really love the cover, cute XD. It makes me easy to imagine the characters of Maddy and David.

Hm, but I’m very confused to put this story into what genre? Teen or Young-Adult? Hm ... fifteen years old Maddy. It’s teen right? But from the way the story feels like a young adult. Maybe both of them. Haha.
Well… 3,5 stars actually J

Selasa, 16 April 2013

[Review] Remember When - Winna Efendi

Diposting oleh Fhily Anastasya di 07.14 0 komentar
Judul Buku: Remember When
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 260 halaman
Genre: Teen-Romance
Novel Indonesia


Sinopsis :
Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

Review:

Awal baca cerita ini saya sudah senyam-senyum sendiri dengan tingkah Adrian & Moses. Apalagi waktu Gia ngerjain Adrian waktu nembak dia dengan memasukan 10 bola ke dalam basket, tapi sayangnya bel dan ternyata tanpa melakukan hal itu udah pasti jawabannya ya hahaha... awawaw Adrian so sweet banget tahu ngak. Tapi masih bingung Adrian ngajak Moses lari keliling lapangan padahal perjanjiannya kalau nggak diterima baru lari kan dua-duanya diterima...
Novel ini ditulis dengan menggunakan 5 POV secara bergantian. Freya, Adrian, Moses, Gia dan Erik.
Awalnya sih kisah pasangan Freya-Moses dan Adrian-Gia manis-manis saja. Freya dan Moses pasangan yang agak-agak nerd gitu. Tapi terasa tetap serasi apalagi Moses sebagai ketua osis. Pasangan Adrian dan Gia yang menjadi most wanted kalau soal tampang, dan mesra dimanapun dan kapanpun. Namun ketika mamanya Adrian meninggal karena sebuah kecelakaan Adrian tiba-tiba berubah, dia mulai jauh dari Gia. Tapi alasan yang tepat dia menjauh bukanlah kematian ibunya, melainkan lebih kepada perasaan yang timbul pada Freya, apalagi setelah malam kematian ibunya Adrian dimana Adrian dan Freya berpelukan ditengah hujan yang sedang mengguyur. Apalagi sebelumnya ketika Adrian tahu Freya  punya kejutan dibalik sifatnya yang pendiam.
Lama kelamaan perasaan yang tumbuh pada Adrian dan Freya semakin dalam. Dua-duanya merasa ada "perasaan lebih" di dalam diri mereka, tetapi keduanya takut melukai orang-orang yang menyayangi mereka dalam hal ini Moses dan Gia.
Dan terjadilah affair di belakang Moses dan Gia. Apalagi setelah kejadian di dalam mobil dimana Adrian melumat bibir Freya dan baru kali ini Freya merasakan seperti yang orang-orang katakan, perasaannya meledak-ledak, lain halnya ketika waktu Moses mencium sekilas bibirnya, yang terasa hambar padahal itu ciuman pertama.
Lama kelamaan gelagat Adrian dan Freya tercium oleh Gia. Dan Adrian mengakuinya. Dari situ Gia marah dengan Freya. Sampai Freya datang meminta maaf ke rumahnya, takut kehilangan Adrian, Gia membeberkan sebuah rahasia, she told to Freya about what happened in Bali . Dari situ Gia menganggap dirinya menang dan berhasil membuat Freya menjauh. Saat Freya keluar dari rumah Gia dia bertemu dengan Adrian lagi. Dan hendak mengakhiri semua. Pelukan terakhir. Tapi fatal! membuat Moses akhirnya tahu tentang affair mereka.
Dari situlah kisah percintaan dan persahabatan mereka berempat kacau!

***

Well, pertama kali baca ini suka banget. Kadang ngaduk-ngaduk perasaan banget. Gemes sama Freya dan Adrian. Sebenarnya, overall ini cerita sesuatu banget alurnya. Hanya saja, yang membuat kekurangan mungkin penggambaran 'sudut pandang' dari tulisan-tulisannya agak kurang kuat. Dari Freya pindah POV ke Moses. Begitu pun seterusnya sepertinya mereka punya kemiripan dalam segi sudut pandang. Meski ada perbedaan juga. Tapi saya tetap suka kok :D
Di sini sebenarnya saya menemukan karakter mereka:

Freya: Diam-diam menghanyutkan
Adrian: Agak nafsu -_-v dan kekanak-kanakan
Moses: Aaaa... dewasa sih tapi... terlalu lemah jadi cowok -_-
Gia: Ini lagi satu egois banget ._. tapi agak bodoh juga /plak
Erik: Rada mubasir sih ._. tapi kayaknya dia penetral deh ._.
Sebenarnya karakter Erik agak mubazir :( coba digali lagi deh pasti lebih cucok.

4/5 stars :)

Sabtu, 25 Februari 2012

[Review] Dear John - Nicholas Sparks

Diposting oleh Fhily Anastasya di 21.11 0 komentar
Title of Book: Dear John
Author: Nicholas Sparks
Publisher: Warner Books
Pages: 276
Genre: ChikLit, Young-Adult
English Novel


An angry rebel, John dropped out of school and enlisted in the Army, not knowing what else to do with his life--until he meets the girl of his dreams, Savannah. Their mutual attraction quickly grows into the kind of love that leaves Savannah waiting for John to finish his tour of duty, and John wanting to settle down with the woman who has captured his heart. But 9/11 changes everything. John feels it is his duty to re-enlist. And sadly, the long separation finds Savannah falling in love with someone else. "Dear John," the letter read...and with those two words, a heart was broken and two lives were changed forever. Returning home, John must come to grips with the fact that Savannah, now married, is still his true love—and face the hardest decision of his life. 


*****


My review:

[Spoiler Alerts]

But instead I stay where I am and stare up at the moon as well. And for the briefest instant, it almost feels like we're together again.


Always loved Nicholas Sparks's books :*

Told about John Tyree, as usual Nicholas Sparks's books always told us about natural beauty of character's region. John and her father was as different as two people could possibly be. so many differences between them. This story rolled until John in university. He left college and chose to joined the American army. He got a job in Germany.One day, he got a summer vacation and met with Savannah Curtis. They decided to build relationship. Long distance relathionship became a true love. Savannah was willing to waited John. John was faced with two choices, country or love? Until John returned to his hometown, and must faced the harsh reality.

It was strange, but as much as I loved her and remembered our time together, I found that as summer turned to autumn, then changed again to winter


I love you, not just for now, but for always, and I dream of the day that you'll take me in your arms again.


I slipped my hand into hers knowing that I loved her not only more than the last time I'd seen her, but more than I would ever love anyone.


and this is the letter Savannah has wrote to John. Which is the core of the story or the origin of the title.


Dear John,




I'm writing this letter at the kitchen table, and I'm struggling because I don't know how to say what I'm about to tell you. Part of me wishes that you were here with me so I could do this in person, but we both know that's impossible. So here I am, groping for words with tears on my cheeks and hoping that you'll somehow forgive me for what I'm about to write.




I know this is a terrible time for you. I try not to think about the war, but I can't escape the images, and I'm scared all the time. I watch the news and scour newspapers, knowing you're in the midst of all of it, trying to find out where you are and what you're going through. I pray every night that you'll make it home safely, and 1 always will. You and 1 shared something wonderful, and I never want you to forget that. Nor do I want you to believe that you didn't mean as much to me as I did to you. You're rare and beautiful, John. I fell in love with you, but more than that, meeting you made me realize what true love really means. For the past two and a half years, I've been staring at every full moon and remembering everything we've been through together. I remember how talking to you that first night felt like coming home, and I remember the night we made love .I'll always be glad that you and I shared ourselves like that. To me, it means that our souls will be linked together forever.




There's so much more, too. When I close my eyes, I see your face; when I walk, it's almost as if I can feel your hand in mine. Those things are still real to me, but where they once brought comfort, now they leave me with an ache. I understood your reason for staying in the army, and I respected your decision. I still do, but we both know our relationship changed after that. We changed, and in your heart, 1 think you realized it, too. Maybe the time apart was too much, maybe it was just our different worlds. 1 don't know. Every time we fought I hated myself for it. Somehow, even though we still loved each other, we lost that magical bond that kept us together.




I know that sounds like an excuse, but please believe me when I say that I didn't mean to fall in love with someone else. If I don't really understand how it happened, how can you? I don't expect you to, but because of all we've been through, I just can't continue lying to you. Lying would diminish everything we've shared, and I don't want to do that, even though I know you will feel betrayed. I'll understand if you never want to talk to me again, just as I'll understand if you tell me that you hate me. Part of me hates me, too. Writing this letter forces me to acknowledge that, and when I look in the mirror, I know I'm looking at someone who isn't sure she deserves to be loved at all. I mean that.




Even though you may not want to hear it, I want you to know that you'll always be a part of me. In our time together, you claimed a special place in my heart, one I'll carry with me forever and that no one can ever replace. You're a hero and a gentleman, you're kind and honest, but more than that, you're the first man I ever truly haved. And no matter what the future brings, you always will be, and I know that my life is better for it.




I'm so sorry,
Savannah


So sad in this section:

"I love you, Savannah, and I always will,” I breathed. "You're the best thing that's ever happened to me. You were my best friend and my lover, and I don't regret a single moment of it. You made me feel alive again, and most of all, you gave me my father. I'll never forget you for that. You're always going to be the very best part of me. I'm sorry it has to be this way, but I have to leave, and you have to see your husband." 

Hiks John oh John!


I sold the collection because I finally understood what true love really meant. Tim had told me—and shown me—that love meant that you care for another person's happiness more than your own, no matter how painful the choices you face might be. I'd left Tim's hospital room knowing that he'd been right. But doing the right thing wasn't easy. These days, I lead my life feeling that something is missing that I somehow need to make my life complete. I know that my feeling about Savannah will never change, and I know I will always wonder about the choice I made.

Jumat, 24 Februari 2012

[Review] A Walk to Remember (Kan Kukenang Selalu) - Nicholas Sparks

Diposting oleh Fhily Anastasya di 01.48 2 komentar
Judul Buku: A Walk to Remember (Kan Kukenang Selalu)
Penulis: Nicholas Sparks
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 254
Genre: ChikLit, Young-Adult
Novel Terjemahan


Sewaktu berusia tujuh belas tahun, hidup Landon Carter berubah selamanya. Dan semua karena Jamie Sullivan… 

Jika cinta bisa memilih, Landon tentu tidak akan memilih untuk jatuh cinta pada Jamie. Gadis yang selalu membawa Alkitab ke sekolah, menyelamatkan binatang yang terluka, menjadi relawan di panti asuhan... gadis yang suci dan memiliki hati bak malaikat. Tak ada yang pernah mengajak Jamie kencan, dan Landon pun tidak pernah bermimpi untuk berkencan dengannya. 

Sampai takdir menentukan lain... dan mengubah hidup Landon selama-lamanya.

******

My review:

Gatal banget buat me-review Novel versi terjemahannya :) hehehe ._. setelah me-review versi Englisnya disini dan saya masih terkesima dengan novel yang satu ini. Dan review yang ini [Total Spoiler Alerts]


"Aku sedang jatuh cinta, dan perasaan itu bahkan lebih indah daripada yang pernah kubayangkan sebelumnya."


Damn, I love this book so much


Baca dua bahasa inggris dan indonesia tidak mengurangi kekaguman saya terhadap buku yang satu ini. Dan karena buku ini juga saya memutuskan Nicholas Sparks sebagai author favorite saya :3

Ceritanya sebenarnya kalau mau dilihat biasa saja seperti cerita-cerita romance pada umumnya, seorang gadis cupu dengan seorang lelaki bandel saling jatuh cinta, namun sang gadis mengidap penyakit dan meninggal. Tamat.

Oke, Cerita ini tidak hanya memuat tentang itu, Cerita ini berdasarkan sudut pandang tokoh cerita lelaki yaitu Landon Carter yang tinggal di Beaufort, North Carolina, yang terletak di pesisir dekat Morehead City. Mengambil setting waktu pada tahun 1958. Pada part awal Landon menceritakan tentang daerah tempat tinggalnya tersebut termasuk seorang pendeta yang bernama Hegbert, keluarganya dan pendeta itu sangat tidak akrab bahkan saling menyinggung, dan pendeta itu mempunyai anak bernama Jamie Sullivan, Gadis yang rambutnya selalu dikuncir dan selalu membawa Alkitab kemanapun dia pergi. Dia juga teman sekelas Landon di Beaufort High School.
Panjang cerita yang menuturkan bagaimana kisah Landon dan Jamie mulai akrab, dimulai dari Landon mengajak Jamie untuk acara sekolah homecoming karena tak ada lagi gadis yang bisa menjadi pasangan Landon.
Saya suka cara Jamie bercanda.
“Aku mau pergi denganmu,” kata Jamie akhirnya, “dengan satu syarat.”
Aku menguatkan diri, sambil berharap syaratnya tidak terlalu berat.
“Ya?”
“Kau harus berjanji bahwa kau tidak akan jatuh cinta padaku.”
Awalnya saya mengira cerita ini, bakal kesinetronan nanti dipesta Jamie bakal berubah jadi gadis Cantik dan Landon terpesona namun ternyata tidak Jamie tetap dengan gaya ciri khasnya sendiri. :) dan saya suka itu.

Lalu sampai ketika Landon ikut bergabung untuk pertunjukan drama, membantu Jamie menyukseskan drama yang ditulis ayahnya, meski diejek-ejek tetapi Landon selalu meyakinkan pada dirinya kalau dia berbuat sesuatu yang benar dan disana Landon berperan sebagai Tom Thornton dan Jamie sebagai Malaikat, dari sinilah Landon pertama kali terkagum-kagum dengan kecantikan alami Jamie.

Dan setelah itu Jamie terus mengajarkan pada Landon tentang melakukan sesuatu yang benar

Salah satu adegan favorite saya, yang menurut saya sangat romantis tapi tidak berlebihan alias romantis alami :3 adalah saat dibawah pohon natal dipanti asuhan:
Aku melirik ke arahnya. Dengan cahaya lampu yang menyinari wajahnya, ia tampak sama cantiknya dengan setiap orang yang pernah kulihat.
“Aku membelikan sesuatu untukmu,” kataku akhirnya. “Membelikan hadiah, maksudku.” Aku berbicara pelan agar tidak membangunkan gadis kecil yang tidur di pangkuannya, dan kuharap itu bisa menyembunyikan kecemasan dalam suaraku.
Ia mengalihkan pandangannya dari pohon itu ke wajahku, sambil tersenyum lembut. “Kau tidak perlu membelikanku sesuatu.” Ia juga merendahkan suaranya, dan suaranya terdengar seperti musik di telingaku.
“Aku tahu,” sahutku, “tapi aku mau.” Aku telah menyisihkan hadiah itu di satu sisi, dan menyerahkan bingkisan yang sudah dibungkus kertas kado itu padanya.
“Bisakah kau membukanya untukku? Tanganku sedang sedikitpenuh saat ini.” Ia menatap si gadis kecil, kemudian menatap kembali ke arahku.
“Kau tidak perlu membukanya sekarang, kalau kau sedang tidak bisa,” ujarku, sambil mengangkat bahu, “sebetulnya isinya tidak seberapa.”
“Jangan begitu,” ujarnya. “Aku hanya ingin membukanya di hadapanmu.”
Untuk menjernihkan pikiranku, aku menatap hadiah itu, dan mulai membukanya, dengan menarik selotipnya sedemikian rupa agar tidak menimbulkan banyak suara, kemudian melepaskan kertas kadonya dan sampai pada dusnya. Setelah menyisihkan kertas pembungkusnya, aku mengangkat tutup dus itu dan mengeluarkan sweternya, yang aku angkat untuk diperlihatkan kepadanya. Warnanya cokelat, seperti yang biasa dipakainya. Namun kupikir Jamie membutuhkan sweter baru.
Dibandingkan dengan kegembiraan yang baru kusaksikan sebelumnya, aku tidak mengharapkan reaksi berlebihan.
“Lihat, cuma ini. Aku sudah bilang tadi isinya tidak seberapa,” ujarku. Aku berharap ia tidak kecewa menerimanya.
“Bagus sekali, Landon,” ujarnya tulus. “Aku akan memakainya saat bertemu denganmu lagi. Terima kasih.”
Kami duduk diam selama beberapa saat, dan aku kembali memandangi lampu-lampu di pohon Natal.
“Aku juga membawa sesuatu untukmu,” bisik Jamie akhirnya. Ia melayangkan pandangan ke arah pohon, dan aku mengikuti pandangannya. Hadiahnya masih tergeletak di bawah pohon, agak tersembunyi di balik batang pohon itu, dan aku meraihnya. Bentuknya persegi, lentur, dan agak berat. Aku meletakkannya di atas pangkuanku dan membiarkannya di sana tanpa berusaha untuk membukanya.
“Bukalah,” ujarnya, sambil menatapku.
“Kau tidak bisa memberikan ini kepadaku,” ujarku dengan napas terkecat. Aku sudah tahu apa isinya, dan aku tidak mempercayai apa yang telah dilakukan Jamie. Tanganku mulai bergetar.
“Please,” ujarnya padaku dalam suara yang teramat lembut, “bukalah. Aku ingin kau memilikinya.”
Dengan ragu aku membuka bungkusnya perlahan-lahan. Ketika kertas kadonya akhirnya lepas, aku memegang hadiah itu dengan hati-hati, takut merusaknya. Aku menatapnya, dengan penuh emosi, dan perlahan-lahan tanganku mengusap bagian atasnya, menelusuri sampul kulitnya yang sudah mulai usang sementara air mataku mulai mengambang. Jamie mengulurkan tangannya dan meletakkannya di atas tanganku. Rasanya hangat dan lembut.
Aku melirik ke arahnya, tak tahu harus berkata apa.
Jamie telah memberikan Alkitab-nya kepadaku.
“Terima kasih atas apa yang telah kaulakukan,” bisiknya padaku. “Ini merupakan Natal terbaik yang pernah kualami.”
Aku berpaling tanpa menjawab dan mengulurkan tanganku ke arah aku meletakkan gelasku sebelumnya. Lagu Silent Night masih terdengar, musiknya memenuhi seluruh ruangan.

Bayangkan! Jamie memberikan Alkitab kesayangan peninggalan ibunya kepada Landon so sweeeet

ini favorite juga :3
Jangan tanyakan padaku bagaimana kejadiannya, karena aku juga masih belum dapat menjelaskannya. Sesaat aku berdiri di sana di hadapannya, bersiap-siap untuk berjan ke teras, namun ternyata aku tidak melakukannya. Bukannya melangkah ke arah kursi-kursi yang ditunjuknya, aku malah melangkah mendekati Jamie dan meraih tangannya. Aku menggenggam tangannya dan menatap matanya lekat-lekat, sambil bergerak semakin dekat. Ia tidak melangkah mundur, namun matanya melebar sedikit, dan untuk sekejap aku sempat mengira bahwa aku telah melakukan kesalahan dan nyaris tidak meneruskannya. Aku berhenti sebentar dan tersenyum, sambil memiringkan kepalaku, dan hal berikut yang kulihat adalah Jamie memejamkan matanya dan juga sedang memiringkan kepalanya. Wajah kami semakin berdekatan.
Kejadiannya tidak sepelan itu, dan yang jelas tidak seperti ciuman yang kaulihat di dalam film-film zaman sekarang. Namun dalam caranya sendiri, ciuman kami amat istimewa. Satu hal yang terlintas dalam benakku saat bibir kami bertemu adalah aku yakin kenangan itu akan abadi selamanya. AAAAAAA demi apapun suka bagian ini /plak ._.v

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. Ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."


ayat Alkitab yang dipilih Jamie :3 1 korintus 13:4-7 huaaaa... tepat sekali :3

ini yang paling saya suka:
“Kau mencintaiku?” tanyaku padanya.
Ia tersenyum. “Ya.”
“Kau mau membuatku bahagia?” Saat aku menanyakan pertanyaan ini padanya, aku merasa jantungku mulai berdebar-debar.
“Tentu saja aku mau.”
“Kalau begitu, kau mau melakukan sesuatu untukku?”
Ia memalingkan wajahnya, kesedihan membayang di sana. “Aku tidak yakin apakah aku masih bisa melakukannya,” sahut Jamie.
“Tapi kalau kau bisa, kau mau, kan?”
Aku tidak dapat menggambarkan dengan tepat bagaimana persisnya perasaanku ketika itu. Cinta, amarah, kesedihan, harapan, dan ketakutan berbaur menjadi satu, diperuncing kecemasan yang sedang kurasakan. Jamie menatapku dengan heran, dan irama napasku menjadi lebih cepat. Tiba-tiba aku tahu bahwa perasaanku terhadap seseorang tidak pernah sekuat yang kurasakan saat itu. Saat membalas tatapannya, kenyataan sederhana itu membuatku berharap untuk kesekian kalinya aku dapat membuat semua kepedihan ini hilang. Seandainya itu memang mungkin, aku bersedia bertukar tempat dengannya. Aku ingin sekali mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiranku padanya, namun suaranya tiba-tiba menenangkan emosi yang sedang bergejolak di dalam diriku.
“Ya,” kata Jamie akhirnya, suaranya lemah namun tetap penuh dengan janji. “Aku mau.”
Akhirnya aku menciumnya lagi setelah dapat mengendalikan diriku kembali, kemudian aku mendekatkan tanganku ke wajahnya. Aku menikmati kehalusan kulitnya, kelembutan yang terpancar dari matanya. Bahkan pada saat itu ia begitu sempurna.
Tenggorokanku kembali tercekat, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tahu sekarang apa yang harus kulakukan. Mengingat aku harus menerima kenyataan bahwa aku tidak mungkin dapat menyembuhkannya, yang ingin kulakukan adalah memberikan kepadanya sesuatu yang memang dari dulu ia inginkan.
Itulah yang dikatakan oleh hatiku selama ini.
Jamie, setahuku saat itu, telah memberikan kepadaku jawaban yang selama ini kucari, jawaban yang dibutuhkan oleh hatiku. Ia telah memberikan jawabannya padaku saat kami duduk berdua di luar ruang kerja Mr. Jenkins pada malam kami menanyakan pendapatnya mengenai pementasan drama itu.
Aku tersenyum lembut, dan ia membalas pernyataan sayangku dengan meremas pelan tanganku, seakan ia percaya pada apa yang akan kulakukan. Dengan perasaan lebih mantap, aku mencondongkan tubuhku lebih dekat dan menarik napas dalam-dalam. Saat mengeluarkan napas, aku mengucapkannya seiring dengan aliran napasku.
“Maukah kau menikah denganku?”

Entah mengapa adegan lamar-melamar membuat dada saya berdesir, aaaaa apalagi yang ini... so sweet

Aduh Tuhan, saya gak tahu mau bilang apa lagi, bagaimana caranya saya supaya tidak menebar spoiler disini.
Tapi terlanjur, saya terlalu cinta sama ini buku :3 huaaaa...

Adegan pernikahannyapun mengharukan, saya nangis bombay disitu :''') huaaaaaaa... lebay

Yang pasti saya sangat suka jalan cerita Novel ini.
Bdw, saya juga sudah menonton filmnya tapi I still prefer the book than the movie, but I love both :p

Oke sekian spoiler saya.... Terima kasih :p

"Aku tersenyum, sambil menatap langit, karena masih ada satu hal yang belum kuberitahukan. Sekarang aku percaya bahwa mukjizat itu bisa saja terjadi."




Kamis, 23 Februari 2012

[Review] A Walk to Remember - Nicholas Sparks

Diposting oleh Fhily Anastasya di 21.46 0 komentar
Title of Book: A Walk to Remember
Author: Nicholas Sparks
Publisher: Warner Books
Pages: 240
Genre: ChikLit, Young-Adult
English Novel


Every April, when the wind blows from the sea and mingles with the scent of lilacs, Landon Carter remembers his last year at Beaufort High. It was 1958, and Landon had already dated a girl or two. He even swore that he had once been in love. Certainly the last person in town he thought he'd fall for was Jamie Sullivan, the daughter of the town's Baptist minister. A quiet girl who always carried a Bible with her schoolbooks, Jamie seemed content living in a world apart from the other teens. She took care of her widowed father, rescued hurt animals, and helped out at the local orphanage. No boy had ever asked her out. Landon would never have dreamed of it. Then a twist of fate made Jamie his partner for the homecoming dance, and Landon Carter's life would never be the same. Being with Jamie would show him the depths of the human heart and lead him to a decision so stunning it would send him irrevocably on the road to manhood..


*****

My review:

It’s a beautiful and sweetest story I’ve read…!!! About Landon, about Jamie… About Landon and Jamie… So sweet….

I just finished reading this novel. Although, this an old novel, the first published on 1999. It means when I was in kindergarten. And of course, I couldn't to read this.


You know! I was crying when I read this novel. Touch me so deep!...


My favorite part:


“Do you love me?' I asked her. She smiled. 'Yes.' 'Do you want me to be happy?' as I asked her this I felt my heart beginning to race. 'Of course I do.' 'Will you do something for me then?' She looked away, sadness crossing her features. 'I don't know if I can anymore.' she said. 'but if you could, would you?' I cannot adequately describe the intensity of what I was feeling at that moment. Love, anger, sadness, hope, and fear, whirling together sharpened by the nervousness I was feeling. Jamie looked at me curiously and my breaths became shallower. Suddenly I knew that I'd never felt as strongly for another person as I did at that moment. As I returned her gaze, this simple realization made me wish for the millionth time that I could make all this go away. Had it been possible, I would have traded my life for hers. I wanted to tell her my thoughts, but the sound of her voice suddenly silenced the emotions inside me. 'yes' she finally said, her voice weak yet somehow still full of promise. 'I would.' Finally getting control of myself I kissed her again, then brought my hand to her face, gently running my fingers over her cheek. I marveled at the softness of her skin, the gentleness I saw in her eyes. even now she was perfect. My throat began to tighten again, but as I said, I knew what I had to do. Since I had to accept that it was not within my power to cure her, what I wanted to do was give her something that she'd wanted. It was what my heart had been telling me to do all along. Jamie, I understood then, had already given me the answer I'd been searching for, the answer my heart needed to find. She'd told me outside Mr. Jenkins office, the night we'd asked him about doing the play. I smiled softly, and she returned my affection with a slight squeeze of my hand, as if trusting me in what I was about to do. Encouraged, I leaned closer and took a deep breath. When I exhaled, these were the words that flowed with my breath. 'Will you marry me?” 


It was one of my favorite part of this novel... I also liked part when Landon and Jamie at orphanage, on Christmas Eve... But overall, I very liked this novel!! One of the best book I've read
I love the character of Jamie, and I love a men like Landon....
Sweetest memory verse bible in this novel :)


“Love is always patient and kind. It is never jealous. Loves is never boastful or conceited. It is never rude or selfish. It dose not take offense and is not resentful. Love take no pleasure in others people's sins, but delights in the truth. It is always ready to excuse, to trust, to hope, and to endure whatever comes.” - 1 Corinthians 13:4-7

and the favorite quote from this novel:


“Love is like the wind, you can't see it but you can feel it”

All shining stars I gave for this novel :*

[Review] Perfect Chemistry - Simone Elkeles

Diposting oleh Fhily Anastasya di 14.12 0 komentar

Title of book: Perfect Chemisty (Perfect Chemistry #1)
Author: Simone Elkeles
Publisher: Walker Books for Young Readers
Pages: 360
Genre: Young-Adult
English Novel

A fresh, urban twist on the classic tale of star-crossed lovers.

When Brittany Ellis walks into chemistry class on the first day of senior year, she has no clue that her carefully created “perfect” life is about to unravel before her eyes. She’s forced to be lab partners with Alex Fuentes, a gang member from the other side of town, and he is about to threaten everything she's worked so hard for—her flawless reputation, her relationship with her boyfriend, and the secret that her home life is anything but perfect. Alex is a bad boy and he knows it. So when he makes a bet with his friends to lure Brittany into his life, he thinks nothing of it. But soon Alex realizes Brittany is a real person with real problems, and suddenly the bet he made in arrogance turns into something much more.  In a passionate story about looking beneath the surface, Simone Elkeles breaks through the stereotypes and barriers that threaten to keep Brittany and Alex apart

*******

My review:

[Spoiler Alerts]

This book have two points of view. Britanny Ellis (Brittany) and Alejandro Fuentes (Alex). Two people with two characters very differences.
Brittany was a ‘Perfect girl’ and Alex was a ‘Bad boy’.
Brittany an American and Alex a Mexican.
Britanny rich and Alex poor.
Brittany from south Fairfied and Alex from north Fairfield.
Brittany has a boyfriend named Collins Adam and Alex has an eks-girlfriend named Carmen Sanchez.
So many differences between Alex and Brittany.
But, Someday in a first class of chemistry when they’re senior class. The teacher of chemistry has made ‘sitting arrangement’ according alpabeth. So, Alejandro Fuentes and Brittany Ellis was a partner.
Ohya, I forgot it. Alex didn’t want everybody to called him Alejandro. Just Alex. But her mi’ama always called him Alejandro, because same with his father. And Brittany has sister with cerebral palsy disease. It was made her like children although her already twenty years old.

Alex challenged to defeated brittany, just because a bet. But, because it, Alex and Brittany opened their ‘secret’ and ‘mask’ each other.

***

I very, very, very, liked this story.

- I liked when Alex wrote in Britany’s notebook “Saturday night. You and me. Driving lessons and hot sex ..” So LOL. But, I liked a bad boy like it :p
- I liked when Brittany realized, Collins wasn’t a good boyfriend, he just want to had a sex with Brittany.
- I liked when Alex and Brittany, opened and unmasked their secret. Brittany wasn’t ashamed to tell about her sister who has cerebral palsy disease. And Alex didn’t hesitate to show the cruelty and bitterness that he and his family experienced.
- I liked when Alex and Brittany ‘making love’ and Alex shed tears :’) when Brittany was in pain.
- I liked the way Simone Elkeles has made the characters of Alex and Brittany .
- I liked Happy Ending
Actually, this book was amazing. So five stars full for this book :)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

The Montage of My Books Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review