Tampilkan postingan dengan label Novel Terjemahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel Terjemahan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 November 2014

[Review] The Five People You Meet in Heaven (Meniti Bianglala) - Mitch Albom

Diposting oleh Fhily Anastasya di 16.31 1 komentar
Judul Buku: Meniti Bianglala
Judul Asli: The Five People You Meet in Heaven
Penulis: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 208 halaman
Genre: Spirituality
Novel Terjemahan

  Sinopsis :
Eddie bekerja di taman hiburan hampir sepanjang hidupnya, memperbaiki dan merawat berbagai wahana. Tahun-tahun berlalu, dan Eddie merasa terperangkap dalam pekerjaan yang dirasanya tak berarti. Hari-harinya hanya berupa rutinitas kerja, kesepian, dan penyesalan.

Pada ulang tahunnya yang ke-83, Eddie tewas dalam kecelakaan tragis ketika mencoba menyelamatkan seorang gadis kecil dari wahana yang rusak. Ketika terjaga, dia mendapati dirinya di alam baka. Dan ternyata Surga bukanlah Taman Eden yang indah, melainkan tempat kehidupan manusia di dunia dijelaskan lima orang yang telah menunggu. Lima orang yang mungkin orang-orang yang kita kasihi, atau bahkan orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah jalan hidup kita selamanya, tanpa kita sadari.

***



“Memang kelihatannya aneh memulai kisah dari akhir. Tapi semua akhir adalah juga permulaan. Hanya saja kita tidak tahu pada saat itu.”

Eddie adalah lelaki tua yang menghabiskan hidupnya mengabdi di Ruby Pier. Ruby Pier adalah sebuah taman hiburan di tepi samudra berwarna kelabu. Taman hiburan yang menunjukkan atraksi-atraksi sma seperti taman hiburan pada umumnya. Eddie lebih dikenal orang-orang sebagai “Eddie Maintenance”.  Ia bertugas menjaga wahana-wahana di Ruby Pier.

Diulang tahunnya yang ke-83, ia sama sekali tak menyangka bahwa hidupnya akan berakhir dengan tragis. Di tempat yang menjadi pengabdiannya selama ini. Sebuah kejadian di Freedy’s Free Fall. Membuat Eddie harus menukar nyawanya dengan nyawa seorang gadis kecil yang hampir terjatuh dari atas Freedy’s Free Fall yang mengalami kerusakan. Sebuah kunci mobil jatuh mengiris kabel dan menyebabkan wahana itu tidak beroperasi dengan baik.

Menyelamatkan gadis kecil bernama Amy—atau Annie itu adalah hal terakhir yang dilakukan Eddie dalam hidupnya. Setelah ia merasakan genggaman ‘sebuah tangan kecil’ Eddie mendapati hidupnya di dalam alam baka.

Alam baka yang sama sekali tak seperti bayangannya. Bagaimana mungkin alam baka itu Ruby Pier? Oh tolonglah Eddie sudah terpenjara selama hidupnya di dalam Ruby Pier.
Pertemuannya dengan “Orang Biru” membuka pencerahan Eddie tentang “alam baka” itu. Si Oang Biru itu juga mengatakan bahwa ada 5 orang yang akan di temui oleh Eddie di dalam alam baka ini. Orang Biru itu adalah orang pertama untuk Eddie. Bahkan menguak sebuah kejadian dari dua sisi. Satu sisi berakhir bahagia. Satu sisi berakhir tragis.

Lalu apakah hubungan Eddie dengan si Orang Biru? Siapakah 5 orang yang akan ditemui Eddie di alam baka? Akankah ayahnya? Akankah ibunya? Atau.... akankah isteri yang dicintainya? Atau mungkin seseorang yang ia tidak sangka akan ditemuinya?
Namun satu dibenak Eddie yang selalu menghantuinya selama di alam baka: “Apakah gadis kecil itu selamat?

***

Sudah dari dulu ingin membaca karyanya Mitch Albom tapi belum kesampaian. Punya e-pub tapi lagi malas baca e-pub :( jadinya nggak sengaja nemu buku ini saat huntig buku di sebuah toko buku di daerah Timika. Dari 3 bukunya Mitch Albom, saya tertarik dengan novel ini setelah membaca sinopsisnya. Setelah membayar ke kasir buku ini bersama dua buku lainnya, saya pun dengan tidak sabar membuka dan membacanya.

Yap, bercerita tentang Edward atau biasa dipanggil Eddie. Eddie ini sudah sangat tua. Ia disenangi anak-anak namun dibenci para remaja—katanya. Dia punya isteri yang sangat dicintainya bernama Marguerite. Dia tidak suka dengan ayahnya karena ia merasa ayahnya tidak peduli padanya. Bahkan membuat ia terjebak di dalam Ruby Pier hingga ajal menjemputnya.

Saya sangat suka dengan novel ini, karena banyak pelajaran di dalamnya. Bukan soal persepsi “alam baka” itu seperti apa. Tapi bagaimana Albom berusaha menjelaskan tentang kehidupan lewat cerita ini. Saya jadi berpikir tentang kehidupan saya setelah saya membaca buku ini. Saya jadi belajar memandang kehidupan dari dua sisi seperti sisi si ‘Orang Biru’ atau sisi ‘Eddie’.

Ternyata orang-orang yang ditemui Eddie itu berhubungan dengan kehidupannya. Hanya ada beberapa saja yang tidak bertemu dengannya.  Lewat alam baka, tokoh Eddie jadi belajar banyak hal—begitu pula saya. Termasuk mengampuni ayahnya yang ia anggap tidak peduli sama sekali dengannya.
Saya suka bagian Eddie dan Tala. Entah mengapa saya tersentuh saat membaca pelajaran terakhir Eddie itu.
Karena terkadang, tanpa kita sadari kehidupan kita ternyata sangat terhubung dengan orang yang bahkan kita tidak kenal sama sekali.

Cerita ini sukses membuat twist-nya dengan baik. Baru diawal saja saya sudah kaget dengan judul Part 1 = TAMAT -_-“

Well, Mr. Albom I’m your new fan :D haha.
Great book!

5/5 stars :D

Sabtu, 25 Februari 2012

[Review] Stupid Cupid (Salah Sasaran) - Arabella Weir

Diposting oleh Fhily Anastasya di 06.40 0 komentar
Judul Buku: Stupid Cupid (Salah Sasaran)
Penulis: Arabella Weir
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 368
Genre: ChikLit
Novel Terjemahan


Gaun pengantin. Cek. Bunga untuk dekorasi. Cek. Fotografer. Cek. Gedung pernikahan. Cek. Katering. Cek. Mempelai pria? Ups. 

Enam minggu sebelum hari pernikahan mereka, Jimmy Mack mencampakkan Hat Grant. Bukannya menerima kenyataan tersebut, Hat malah memutuskan untuk tetap melanjutkan persiapan pesta pernikahan. Berbagai cara ia tempuh demi mendapatkan Jimmy kembali, berpura-pura tangannya akan diamputasi, merebus boneka-boneka kelinci di flat Jimmy, bahkan mengenakan pakaian seksi untuk menggoda sang mantan. Namun semua tak membuahkan hasil, sementara waktu terus berjalan. 

Hat pun semakin senewen ketika keluarganya ingin bertemu sang tunangan. Ia lalu memutuskan menggaet pria lain sebagai tunangan palsu untuk diperkenalkan pada keluarganya sampai yang asli benar-benar muncul, tapi malah semakin terbelit masalah yang ia timbulkan sendiri. Benarkah Hat sungguh-sungguh ingin menikah atau ia hanya ingin sebuah pesta pernikahan?

*****
My review:


Kau tahu apa masalahmu? kau tak bisa melihat hutan dari pohonnya


Bercerita tentang Harriet Grant atau Hat, seorang tukang kebun dan petugas pengawas tanaman kantor, 33 tahun yang dicampakan 6 minggu sebelum pernikahannya dengan James Mackenzie atau Jimmy, membatalkan semua rencana pernikahan mereka. Tapi Hat tetap saja ngotot melanjutkan pernikahannya walaupun tanpa mempelai pria? :O, persiapan demi persiapan dia lakukan sendirian bahkan dia ngotot ingin melakukan gladi resik di Gereja meski tanpa calon suami. Temannya sudah memperingatkannya tentang semua itu, tapi dasar hat keras kepala dia tetap saja tak mau mendengar. Berbagai cara ia tempuh agar Jimmy mau menikahinya dan merubah pikirannya, namun kurang berhasil. Sedangkan keluarganya sudah meminta Hat untuk bertemu Tunangannya. Kemudian datang Sam, seseorang yang sudah menikah dengan Gloria hanya sebuah skandal, padahal Gloria adalah seorang aktivis Gay dan Lesbian. Sedangkan, Sam malah jatuh cinta pada Hat sejak pertama kali mereka bertemu. Konflik inilah yang terjadi disini.
Sebenarnya Hat ingin benar-benar memiliki Jimmy karena mencintainya, ataukah yang dia inginkan hanya sebuah pesta pernikahan? 

* * *

Sebenarnya buku ini lumayan bagus, cuma entah mengapa saya bored membaca bab-bab awal buku ini, mungkin masalah saya tak bisa mencerna dengan baik novel terjemahan khususnya pada genre Chicklit seperti ini. Sebenarnya konfliknya juga oke, tapi entah kenapa dalam bagian novel ini saya hanya suka pada bagian-bagian akhir, apalagi kalimat yang saya tulis untuk pembuka review ini. Yah begitulah, makanya bintang dua cukuplah untuk novel ini.

Jumat, 24 Februari 2012

[Review] A Walk to Remember (Kan Kukenang Selalu) - Nicholas Sparks

Diposting oleh Fhily Anastasya di 01.48 2 komentar
Judul Buku: A Walk to Remember (Kan Kukenang Selalu)
Penulis: Nicholas Sparks
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 254
Genre: ChikLit, Young-Adult
Novel Terjemahan


Sewaktu berusia tujuh belas tahun, hidup Landon Carter berubah selamanya. Dan semua karena Jamie Sullivan… 

Jika cinta bisa memilih, Landon tentu tidak akan memilih untuk jatuh cinta pada Jamie. Gadis yang selalu membawa Alkitab ke sekolah, menyelamatkan binatang yang terluka, menjadi relawan di panti asuhan... gadis yang suci dan memiliki hati bak malaikat. Tak ada yang pernah mengajak Jamie kencan, dan Landon pun tidak pernah bermimpi untuk berkencan dengannya. 

Sampai takdir menentukan lain... dan mengubah hidup Landon selama-lamanya.

******

My review:

Gatal banget buat me-review Novel versi terjemahannya :) hehehe ._. setelah me-review versi Englisnya disini dan saya masih terkesima dengan novel yang satu ini. Dan review yang ini [Total Spoiler Alerts]


"Aku sedang jatuh cinta, dan perasaan itu bahkan lebih indah daripada yang pernah kubayangkan sebelumnya."


Damn, I love this book so much


Baca dua bahasa inggris dan indonesia tidak mengurangi kekaguman saya terhadap buku yang satu ini. Dan karena buku ini juga saya memutuskan Nicholas Sparks sebagai author favorite saya :3

Ceritanya sebenarnya kalau mau dilihat biasa saja seperti cerita-cerita romance pada umumnya, seorang gadis cupu dengan seorang lelaki bandel saling jatuh cinta, namun sang gadis mengidap penyakit dan meninggal. Tamat.

Oke, Cerita ini tidak hanya memuat tentang itu, Cerita ini berdasarkan sudut pandang tokoh cerita lelaki yaitu Landon Carter yang tinggal di Beaufort, North Carolina, yang terletak di pesisir dekat Morehead City. Mengambil setting waktu pada tahun 1958. Pada part awal Landon menceritakan tentang daerah tempat tinggalnya tersebut termasuk seorang pendeta yang bernama Hegbert, keluarganya dan pendeta itu sangat tidak akrab bahkan saling menyinggung, dan pendeta itu mempunyai anak bernama Jamie Sullivan, Gadis yang rambutnya selalu dikuncir dan selalu membawa Alkitab kemanapun dia pergi. Dia juga teman sekelas Landon di Beaufort High School.
Panjang cerita yang menuturkan bagaimana kisah Landon dan Jamie mulai akrab, dimulai dari Landon mengajak Jamie untuk acara sekolah homecoming karena tak ada lagi gadis yang bisa menjadi pasangan Landon.
Saya suka cara Jamie bercanda.
“Aku mau pergi denganmu,” kata Jamie akhirnya, “dengan satu syarat.”
Aku menguatkan diri, sambil berharap syaratnya tidak terlalu berat.
“Ya?”
“Kau harus berjanji bahwa kau tidak akan jatuh cinta padaku.”
Awalnya saya mengira cerita ini, bakal kesinetronan nanti dipesta Jamie bakal berubah jadi gadis Cantik dan Landon terpesona namun ternyata tidak Jamie tetap dengan gaya ciri khasnya sendiri. :) dan saya suka itu.

Lalu sampai ketika Landon ikut bergabung untuk pertunjukan drama, membantu Jamie menyukseskan drama yang ditulis ayahnya, meski diejek-ejek tetapi Landon selalu meyakinkan pada dirinya kalau dia berbuat sesuatu yang benar dan disana Landon berperan sebagai Tom Thornton dan Jamie sebagai Malaikat, dari sinilah Landon pertama kali terkagum-kagum dengan kecantikan alami Jamie.

Dan setelah itu Jamie terus mengajarkan pada Landon tentang melakukan sesuatu yang benar

Salah satu adegan favorite saya, yang menurut saya sangat romantis tapi tidak berlebihan alias romantis alami :3 adalah saat dibawah pohon natal dipanti asuhan:
Aku melirik ke arahnya. Dengan cahaya lampu yang menyinari wajahnya, ia tampak sama cantiknya dengan setiap orang yang pernah kulihat.
“Aku membelikan sesuatu untukmu,” kataku akhirnya. “Membelikan hadiah, maksudku.” Aku berbicara pelan agar tidak membangunkan gadis kecil yang tidur di pangkuannya, dan kuharap itu bisa menyembunyikan kecemasan dalam suaraku.
Ia mengalihkan pandangannya dari pohon itu ke wajahku, sambil tersenyum lembut. “Kau tidak perlu membelikanku sesuatu.” Ia juga merendahkan suaranya, dan suaranya terdengar seperti musik di telingaku.
“Aku tahu,” sahutku, “tapi aku mau.” Aku telah menyisihkan hadiah itu di satu sisi, dan menyerahkan bingkisan yang sudah dibungkus kertas kado itu padanya.
“Bisakah kau membukanya untukku? Tanganku sedang sedikitpenuh saat ini.” Ia menatap si gadis kecil, kemudian menatap kembali ke arahku.
“Kau tidak perlu membukanya sekarang, kalau kau sedang tidak bisa,” ujarku, sambil mengangkat bahu, “sebetulnya isinya tidak seberapa.”
“Jangan begitu,” ujarnya. “Aku hanya ingin membukanya di hadapanmu.”
Untuk menjernihkan pikiranku, aku menatap hadiah itu, dan mulai membukanya, dengan menarik selotipnya sedemikian rupa agar tidak menimbulkan banyak suara, kemudian melepaskan kertas kadonya dan sampai pada dusnya. Setelah menyisihkan kertas pembungkusnya, aku mengangkat tutup dus itu dan mengeluarkan sweternya, yang aku angkat untuk diperlihatkan kepadanya. Warnanya cokelat, seperti yang biasa dipakainya. Namun kupikir Jamie membutuhkan sweter baru.
Dibandingkan dengan kegembiraan yang baru kusaksikan sebelumnya, aku tidak mengharapkan reaksi berlebihan.
“Lihat, cuma ini. Aku sudah bilang tadi isinya tidak seberapa,” ujarku. Aku berharap ia tidak kecewa menerimanya.
“Bagus sekali, Landon,” ujarnya tulus. “Aku akan memakainya saat bertemu denganmu lagi. Terima kasih.”
Kami duduk diam selama beberapa saat, dan aku kembali memandangi lampu-lampu di pohon Natal.
“Aku juga membawa sesuatu untukmu,” bisik Jamie akhirnya. Ia melayangkan pandangan ke arah pohon, dan aku mengikuti pandangannya. Hadiahnya masih tergeletak di bawah pohon, agak tersembunyi di balik batang pohon itu, dan aku meraihnya. Bentuknya persegi, lentur, dan agak berat. Aku meletakkannya di atas pangkuanku dan membiarkannya di sana tanpa berusaha untuk membukanya.
“Bukalah,” ujarnya, sambil menatapku.
“Kau tidak bisa memberikan ini kepadaku,” ujarku dengan napas terkecat. Aku sudah tahu apa isinya, dan aku tidak mempercayai apa yang telah dilakukan Jamie. Tanganku mulai bergetar.
“Please,” ujarnya padaku dalam suara yang teramat lembut, “bukalah. Aku ingin kau memilikinya.”
Dengan ragu aku membuka bungkusnya perlahan-lahan. Ketika kertas kadonya akhirnya lepas, aku memegang hadiah itu dengan hati-hati, takut merusaknya. Aku menatapnya, dengan penuh emosi, dan perlahan-lahan tanganku mengusap bagian atasnya, menelusuri sampul kulitnya yang sudah mulai usang sementara air mataku mulai mengambang. Jamie mengulurkan tangannya dan meletakkannya di atas tanganku. Rasanya hangat dan lembut.
Aku melirik ke arahnya, tak tahu harus berkata apa.
Jamie telah memberikan Alkitab-nya kepadaku.
“Terima kasih atas apa yang telah kaulakukan,” bisiknya padaku. “Ini merupakan Natal terbaik yang pernah kualami.”
Aku berpaling tanpa menjawab dan mengulurkan tanganku ke arah aku meletakkan gelasku sebelumnya. Lagu Silent Night masih terdengar, musiknya memenuhi seluruh ruangan.

Bayangkan! Jamie memberikan Alkitab kesayangan peninggalan ibunya kepada Landon so sweeeet

ini favorite juga :3
Jangan tanyakan padaku bagaimana kejadiannya, karena aku juga masih belum dapat menjelaskannya. Sesaat aku berdiri di sana di hadapannya, bersiap-siap untuk berjan ke teras, namun ternyata aku tidak melakukannya. Bukannya melangkah ke arah kursi-kursi yang ditunjuknya, aku malah melangkah mendekati Jamie dan meraih tangannya. Aku menggenggam tangannya dan menatap matanya lekat-lekat, sambil bergerak semakin dekat. Ia tidak melangkah mundur, namun matanya melebar sedikit, dan untuk sekejap aku sempat mengira bahwa aku telah melakukan kesalahan dan nyaris tidak meneruskannya. Aku berhenti sebentar dan tersenyum, sambil memiringkan kepalaku, dan hal berikut yang kulihat adalah Jamie memejamkan matanya dan juga sedang memiringkan kepalanya. Wajah kami semakin berdekatan.
Kejadiannya tidak sepelan itu, dan yang jelas tidak seperti ciuman yang kaulihat di dalam film-film zaman sekarang. Namun dalam caranya sendiri, ciuman kami amat istimewa. Satu hal yang terlintas dalam benakku saat bibir kami bertemu adalah aku yakin kenangan itu akan abadi selamanya. AAAAAAA demi apapun suka bagian ini /plak ._.v

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. Ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."


ayat Alkitab yang dipilih Jamie :3 1 korintus 13:4-7 huaaaa... tepat sekali :3

ini yang paling saya suka:
“Kau mencintaiku?” tanyaku padanya.
Ia tersenyum. “Ya.”
“Kau mau membuatku bahagia?” Saat aku menanyakan pertanyaan ini padanya, aku merasa jantungku mulai berdebar-debar.
“Tentu saja aku mau.”
“Kalau begitu, kau mau melakukan sesuatu untukku?”
Ia memalingkan wajahnya, kesedihan membayang di sana. “Aku tidak yakin apakah aku masih bisa melakukannya,” sahut Jamie.
“Tapi kalau kau bisa, kau mau, kan?”
Aku tidak dapat menggambarkan dengan tepat bagaimana persisnya perasaanku ketika itu. Cinta, amarah, kesedihan, harapan, dan ketakutan berbaur menjadi satu, diperuncing kecemasan yang sedang kurasakan. Jamie menatapku dengan heran, dan irama napasku menjadi lebih cepat. Tiba-tiba aku tahu bahwa perasaanku terhadap seseorang tidak pernah sekuat yang kurasakan saat itu. Saat membalas tatapannya, kenyataan sederhana itu membuatku berharap untuk kesekian kalinya aku dapat membuat semua kepedihan ini hilang. Seandainya itu memang mungkin, aku bersedia bertukar tempat dengannya. Aku ingin sekali mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiranku padanya, namun suaranya tiba-tiba menenangkan emosi yang sedang bergejolak di dalam diriku.
“Ya,” kata Jamie akhirnya, suaranya lemah namun tetap penuh dengan janji. “Aku mau.”
Akhirnya aku menciumnya lagi setelah dapat mengendalikan diriku kembali, kemudian aku mendekatkan tanganku ke wajahnya. Aku menikmati kehalusan kulitnya, kelembutan yang terpancar dari matanya. Bahkan pada saat itu ia begitu sempurna.
Tenggorokanku kembali tercekat, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tahu sekarang apa yang harus kulakukan. Mengingat aku harus menerima kenyataan bahwa aku tidak mungkin dapat menyembuhkannya, yang ingin kulakukan adalah memberikan kepadanya sesuatu yang memang dari dulu ia inginkan.
Itulah yang dikatakan oleh hatiku selama ini.
Jamie, setahuku saat itu, telah memberikan kepadaku jawaban yang selama ini kucari, jawaban yang dibutuhkan oleh hatiku. Ia telah memberikan jawabannya padaku saat kami duduk berdua di luar ruang kerja Mr. Jenkins pada malam kami menanyakan pendapatnya mengenai pementasan drama itu.
Aku tersenyum lembut, dan ia membalas pernyataan sayangku dengan meremas pelan tanganku, seakan ia percaya pada apa yang akan kulakukan. Dengan perasaan lebih mantap, aku mencondongkan tubuhku lebih dekat dan menarik napas dalam-dalam. Saat mengeluarkan napas, aku mengucapkannya seiring dengan aliran napasku.
“Maukah kau menikah denganku?”

Entah mengapa adegan lamar-melamar membuat dada saya berdesir, aaaaa apalagi yang ini... so sweet

Aduh Tuhan, saya gak tahu mau bilang apa lagi, bagaimana caranya saya supaya tidak menebar spoiler disini.
Tapi terlanjur, saya terlalu cinta sama ini buku :3 huaaaa...

Adegan pernikahannyapun mengharukan, saya nangis bombay disitu :''') huaaaaaaa... lebay

Yang pasti saya sangat suka jalan cerita Novel ini.
Bdw, saya juga sudah menonton filmnya tapi I still prefer the book than the movie, but I love both :p

Oke sekian spoiler saya.... Terima kasih :p

"Aku tersenyum, sambil menatap langit, karena masih ada satu hal yang belum kuberitahukan. Sekarang aku percaya bahwa mukjizat itu bisa saja terjadi."




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

The Montage of My Books Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review